Saba’ (34) : 8
Adakah ia berdusta terhadap Allah, atau ia kena penyakit gila? (Tidak ada satupun) bahkan orang-orang yang tidak percaya kepada hari akhirat tetap beroleh (di sana) azab seksa yang seburuk-buruknya dan (di sini) tetap berada dalam kesesatan yang jauh terpesong.
TAFSIR 1
Ini merupakan khabar dari Allah tentang orang-orang kafir yang mengingkari adanya hari kebangkitan dan penghinaan mereka terhadap Rasulullah saw saat beliau mengabarkannya. Mereka mengatakan (Apakah dia mengada-adakan kebohongan terhadap Allah atau sakit gila?) Selanjutnya, Allah pun berfirman untuk membantah perkataan mereka ((Tidak) tetapi orang-orang yang tidak beriman kepada akhirat itu berada dalam seksaan dan kesesatan yang jauh) yakni tidaklah perkara ini seperti yang mereka sangka dan tidak pula seperti yang mereka fikir tetapi Muhammad saw adalah sosok yang jujur, mulia dan cerdas serta datang dengan membawa kebenaran. Sebaliknya merekalah yang pendusta, bodoh dan tolol. Maksud firman Allah (Dalam seksaan) adalah kekafiran yang mendatangkan azab Allah swt, kesesatan yang jauh) dari kebenaran di dunia. Selanjutnya Allah swt memberikan peringatan kepada orang-orang kafir itu atas kekuasaan-Nya dalam menciptakan langit dan Bumi.
Rujukan: 1999: 882 (Tafsir Ibn Katsir)
TAFSIR 2
Allah memberitahukan mengenai perkataan orang-orang yang mengingkari-Nya dan mengingkari adanya kebangkitan setelah mati. Mereka terkejut atas apa yang Rasulullah janjikan, Apakah lelaki ini mengada-ada bagaimana mungkin bahawa setelah tubuh kita terkoyak-koyak dan akan dibangkitkan dalam bentuk yang baru? Jelaslah menurut mereka bahawa Rasulullah mengatakan sebuah kebohongan atau ia gila sehingga mengatakan hal-hal yang tidak ada maknanya sama sekali. Qatadah berkata "Orang-orang kafir berkata sebagai bentuk pendustaan kepada Nabi Muhammad saw. Apakah Muhammad berdusta terhadap Allah atau ia gila?" (HR Abdul Razak, 126) Allah kemudian menyampaikan bahawa mereka (orang-orang musyrik) yang berkata demikian, berhak mendapatkan azab Allah di akhirat. Dan mereka berada dalam kesesatan yang jauh.
Rujukan: 2001: 216-217 (Tafsir al-Tabari)