Al-Baqarah (2) : 19
Atau (bandingannya) seperti (orang-orang yang ditimpa) hujan lebat dari langit, bersama dengan gelap-gelita, dan guruh serta kilat; mereka menyumbat jarinya ke dalam telinga masing-masing dari mendengar suara petir, kerana mereka takut mati. (Masakan mereka boleh terlepas), sedang (pengetahuan dan kekuasaan) Allah meliputi orang-orang yang kafir itu.
TAFSIR 1
Dalam ayat ini, Allah swt memberikan perumpamaan lain untuk orang munafik. Berawal dari keraguan mereka akan kebenaran yang hakiki, mereka pun digiring ke dalam kesesatan. Hal inilah yang menyebabkan hati mereka selalu diliputi rasa takut, khawatir dan ragu-ragu. Menurut lbnu Abbas dan lbnu Mas?ud, kata (Ash'Shaibu) dalam ayat ini bermakna hujan lebat. Pendapat yang sama dikemukakan Abu Aliyah, Mujahid, Sa'id bin Jubair, Atha, Hasan Al-Bashri, Qatadah, Athiyyah Al-Au?, Atha Al-Khurasani, As-Saddi, dan Rabi bin Anas. Sementara itu, Dhahhak mengertikannya sebagai mendung. Pendapat pertama merupakan pendapat yang lebih masyhur dikalangan ulama ahli tafsir. Ayat ini juga bererti hujan lebat yang turun dalam kegelapan. Perumpamaan ini bukan hanya berwujud hujan Iebat, melainkan hujan lebat yang disertai dengan kegelapan, petir, dan kilat. Dalam keadaan genting seperti itu, hati mereka diliputi rasa takut dan gementar serta takut akan kematian. Bahkan, mereka menutup telinga kerana gelegar suara petir yang bersahut-sahutan. Kilatan-kilatan yang disertai hujan ini semakin membuat mereka panik. Begitulah yang terjadi jika Allah swt berkehendak. Tidak ada seorang pun yang bisa menghalangi kehendak-Nya.
Rujukan: 1999: 32-33 (Tafsir Ibn Katsir)
TAFSIR 2
Lafaz As-saibu sinonim dari kata Al-qatru, Al-mataru dan Al-gaisu, yang semuanya mempunyai erti yang sama iaitu hujan. Melalui perumpamaan hujan, ayat ini memperjelaskan ciri orang-orang muna?k yang pura-pura masuk Islam padahal mereka tetap tenggelam dalam keka?ran. Menurut At-Tabari, hujan adalah gambaran umum keimanan orang-orang munafik. Mereka secara zahir mengaku beriman padahal hati mereka mendustakan. Suasana gelap saat hujan terjadi adalah ibarat kesesatan mereka yang bersumber dari kebutaan dan kebodohan mereka. Secerah cahaya kilat adalah ibarat cahaya keimanan mereka yang hanya sekelebat. Sedangkan takutnya mereka terhadap suara petir dengan menutupkan jari jemari mereka ke telinga adalah ibarat ketakutan atau paranoid mereka yang disebabkan hati mereka lemah akibat penyakit ragu. Mereka ragu apakah ancaman yang disampaikan oleh Nabi Muhammad saw itu benar atau tidak. Mereka khawatir bila ternyata ancaman itu bohong. Namun, mereka juga takut jangan-jangan ancaman yang dikatakan oleh Nabi Muhammad saw itu benar, bahawa siksa Allah akan turun di halaman rumah mereka. Akan tetapi, walaupun orang-orang muna?k di dunia ini pandai bersandiwara menyembunyikan keka?rannya, Allah tetap meliputi mereka (Wallahu muhitum bilkafirin). Adapun makna Allah meliputi mereka menurut Mujahid dan lbnu Abbas adalah bahawa Allah swt akan menyeksa dan mengumpulkan mereka seluruhnya di neraka jahanam.
Rujukan: 2001: 373-378 (Tafsir al-Tabari)