Al-Mulk (67) : 2 (Blok: 1-3)
Dia lah yang telah mentakdirkan adanya mati dan hidup (kamu) - untuk menguji dan menzahirkan keadaan kamu: siapakah di antara kamu yang lebih baik amalnya; dan Ia Maha Kuasa (membalas amal kamu), lagi Maha Pengampun, (bagi orang-orang yang bertaubat);
TAFSIR 1
Dalam ayat ini, Allah mengagungkan diri-Nya sendiri Yang Maha Mulia dan memberitahukan bahawa Dia menguasai segala kerajaan. Maksudnya Dia yang mengendalikan keseluruhan makhluk sesukanya dan tidak ada yang mengawal ketentuan-ketentuan-Nya serta tidak ada pula yang mempertanyakan segala sesuatu yang dilakukan-Nya kerana kekuatan, kebijaksanaan dan keadilan-Nya. Maksud firman Allah (Untuk menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya) adalah amal yang paling baik sebagaimana yang dikatakan oleh Muhammad bin Ajlan dan bukan amal yang paling banyak. Kemudian Allah swt berfirman (Dan Dia Maha Perkasa, Maha Pengampun) maksudnya adalah Zat yang Maha Perkasa, Yang Maha Agung dan Yang Maha Memberi. Namun demikian, Allah Maha Pengampun bagi seorang yang bertaubat kepada-Nya dan bertaubat setelah melakukan kederhakaan serta menentang perintah-perintah-Nya. Walaupun Allah adalah Zat Yang Maha Perkasa, Dia juga merupakan Zat yang mengampuni dan mengasihi. Kemudian Allah berfirman (Yang menciptakan tujuh langit berlapis-lapis) maksudnya adalah lapis demi lapis. Apakah itu saling bersambung satu sama lain atau saling terpisah satu sama lain sehingga di antara lapisan-lapisan itu terdapat ruang kosong maka terdapat dua pendapat dalam permasalahan ini. Pendapat yang paling tepat adalah pendapat yang kedua sebagaimana yang dikemukakan dalam hadis Al-Isra dan selainnya.
Rujukan: 1999: 943 (Tafsir Ibn Katsir)
TAFSIR 2
Maksud dari (Maha Suci Allah yang menguasai (segala) kerajaan dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu) adalah Maha Agung Allah dengan sifat-sifat-Nya dari segala makhluk dan segala sesuatu. Dia berkuasa untuk bertindak dalam kerajaan-Nya menurut kehendak-Nya, memberi nikmat dan menyiksa, mengangkat dan merendahkan, memberi dan menahan. Selanjutnya, Allah terperinci dari hukum-hukum kerajaan-Nya dan bekas-bekas kekuasaan-Nya, di samping menjelaskan bahawa keduanya itu dibangun menurut hukum dan maslahat serta mengikuti tujuan-tujuan yang agung.
Rujukan: 2001: 224-231 (Tafsir al-Tabari)